Memahami satelit organik Bumi masih menjadi prioritas NASA untuk beberapa tahun ke depan. Artemis II pun semakin dekat dengan peluncuran.
Artemis II adalah fase kedua dari cita-cita ambisius NASA terkait penjelajahan Bulan. Berkolaborasi dengan agensi pemerintahan antar negara seperti ESA (Europe Space Agency), CSA (Canadian Space Agency), JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), dan beberapa perusahaan privat, tujuan utama dari kesepakatan Artemis adalah melabuhkan kembali manusia di permukaan Bulan, termasuk perempuan, pada akhir dekade nanti. Artemis II merupakan tahap signifikan untuk semakin dekat dengan visi tersebut.
Seperti pendahulunya, Artemis II akan mengudara bersama pesawat antariksa Orion, yang dikembangkan agar dapat membawa astronaut terbang hingga melebihi orbit rendah Bumi (LEO) dan menuju luar angkasa jauh. Orion nantinya diluncurkan dengan bantuan Space Launch System (SLS)—sistem peluncuran terbaru NASA yang sebelumnya juga telah diuji (dan berhasil) pada misi Artemis I dan masih terus disempurnakan desainnya hingga hari ini. Artemis II direncanakan sebagai misi pertama dari progam Artemis yang membawa awak penumpang.
Pada awal April 2023 lalu, NASA mengumumkan 4 nama astronaut yang akan mengelilingi Bulan. Mereka adalah Reid Wiseman (komandan), Victor Glover (pilot), Christina Hammock Coch (mission specialist), dan Jeremy Hansen (mission specialist). Selama ekspedisi, mereka akan mengudara di antariksa selama (kira-kira) 10 hari. Misi utamanya adalah menguji keseluruhan sistem pesawat Orion di luar batas LEO.
Yang menjadi tanya: setelah program Artemis berhasil mendaratkan manusia kembali di permukaan Bulan nanti, soal-soal apa sih yang akan menjadi objek penelitian pertama?
Salah seorang penulis Cerita dari Angkasa berpendapat kalau astronaut harus segera memburu tahi-tahi Neil Armstrong dan Buzz Aldrin. Kenapa? Temukan jawabannya di esai Manusia Bermula dari Sekantung Tahi (?).